Sabtu, 25 Januari 2014

PSIKOLOGI KEWIRAUSAHAAN






PSIKOLOGI KEWIRAUSAHAAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Di antara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa, manusia merupakan makhluk yang paling sempurna.Manusia membutuhkan pekerjaan agar memperoleh penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di antara manusia tersebut ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk orang lain.
Banyak kita temui pengusaha/wirausahawan baik dari yang baru memulai, sukses sampai pada wirausahawan yang mengalami kegegalan/kebangkrutan. Dalam makalah ini, kita membahas bagaimana apa itu kewirausahan, apa kontribusi psikologi dalam kewirausahaan dan apa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan kewirausahaan.
Menjadi wirausaha atau tidak menjadi wirausaha, sesungguhnya merupakan pilihan hidup.  Tetapi pilihan yang didasari atas pemahaman, pertimbangan dan pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai apa yang akan dilakukan, dapat menjadi awal yang tidak baik jika ternyata pilihan tersebut di kemudian hari ternyata keliru.  Pilihan menjadi wirausaha merupakan alternatif yang paling menjanjikan untuk kehidupan yang akan datang.  Sayangnya pilihan menjadi wirausaha ini belum begitu banyak tumbuh di kalangan generasi muda kita.  Untuk itu membangun jiwa kewirausahaan harus terus menerus dilakukan oleh siapapun yang peduli terhadap masa depan dirinya, keluarga dan masyarakat.
Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampukan wirausaha dalam  menangani  usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan plelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. 
Faktor-faktor psikologi dan keputusan mengeksploitasi,  seseorang yang memiliki kemampuan mengeksploitasi peluang wirausaha akan membuat keputusan berbeda dari orang lain pada keadaan dimana informasi dan keahlian sama dan karakter psikologis lebih mempengaruhi kemampuan mengeksploitasi. Diantaranya kepribadian, motivasi, evaluasi diri, sifat kognitif, peluang, minat, berani mengambil resiko, kreatif dan inofatif, dan menumbuhkan pola pikir kewirausahaan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Psikologi dan kewirausahaan?
2.      Apa faktor yang mempengaruhi keberhsilan kewirausaha?
3.      Apa faktor yang mempengaruhi kegegalan kewirausaha?
4.      Apa peran Psikologi dalam kewirausahaan?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu psikologi dan kewirausahaan
2.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan kewirwusahaan
3.      Untuk mengetahui faktor penyebab kegagalan kewirausaan
4.      Untuk mengetahui peran psikologi dalam kewirausahaan











BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Psikologi dan kewirausahaan
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan, dan terkadang mengubah prilaku manusia dan makhluk lain. Para psikolog memfokuskan diri mempelajari dan berupayah memahami prilaku individual. Mereka yang yang telah memberikan kontribusi dan terus menambah pengetahuan prilaku organisasi adalah teoritikus pengetahuan teoritikus kepribadian, teoritikus konseling, dan yang terpenting teoritikus psikologi industri dan organisasi.
Psikologi industry/organisasi pada zaman dahulu memfokuskan diri mereka dengan pernasalahan rasa lelah, bosan, dan faktor-faktor lain yang relevan dengan kondisi-kondisi kerja yang dapat mengha;angi kinerja yang efisien. Baru-baru ini, kontribusi-kontribusi mereka telah diperluas sehingga mencakup pengetahuan, persepsi, kepribadian, emosi, pelatihan keefektifan, kepemimpinan, kebutuhan dan kekuatan motivasional, kepuasan kerja, proses pembuatan keputusan, penghargaan kinerja, ukuran sikap, teknik sleksi karyawan, rancangan kerja, dan stress kerja. (Stephen P.Robbins-Timothy A.Judge. dalam buku prilaku organisasi.2008)
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. (Soeparman Spemahamidjaja, 1977). Jadi entrepreneur atau kewirausahaan adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial, dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya. Selain itu, kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.

2.2 Faktor pembawa keberhasilan kewirausahaan
Dari waktu kewaktu banyak orang membuka usaha. Beberapa diantara mereka mampu bertahan dan bahkan berkembang, tetapi sebagian besar mengalami kegagalan. Alasan perusahaan yang berhasil bukan karena pendirinya mempunyai modal yang besar pada saat mengawali usaha mereka, hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa perusahaan mereka dikelola oleh wirausahawan yang mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Dalam setiap contoh yang dikemukakan, pendiri memiliki pengalaman wirausahawan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memulai suatu usaha bisnis. Mereka menyadari kelemahan dan kemudian mencari ketrampilan yang mereka perlukan untuk menjamin keberhasilan perusahaan. Mereka juga memahami cara setiap bagian daari sebuah perusahaan saling berhubungan erat untuk membentuk struktur yang utuh dan mengetahui apabila suatu bagian tidak berfungsi akan menyebabkan kegagalan usaha bisnis mereka.
Wirausahawan tidak bersedia bekerja dengan baik dalam sebuah organisasi yang diatur menurut struktur organisasi karena mereka tidak suka oleh oang lain. Pada umumnya wirausahawan percaya bahwa mereka mampu bekerja lebih baik dari pada orang lain dan akan berusaha keras dan tanggung jawab penuh. Sekali tujuan tercapai, mereka akan segera menggantikannya dengan tujuan yang lebih besar.
Wirausahawan memiliki cirri yang dominan, yakni rasa percaya diri dan kemampuan yang lebih baik dari pada teman sekerja ataupun atasanya.mereka memerlukan kebebasan untuk memilih dan bertindak menurut persepsinya tentang tindakan yang akan membuahkan kesuksesan.
Karakteristik seorang wirausahawan dalam bukunya (kewirausahawan, Prof.Dr.Mas’ud Machfoedz.2002).

Karakter
Sifat yang berbeda dengan orang pada umumnya
Pengendalian diri
Menyukai pengendalian segala sesuatu yang mereka kerjakan
Tidak suka berpangku tangan
Menyukai aktivitas yang berorientasi pada kemajuan
Motivasi
Termotivasi oleh hasrat untuk mencapai kesuksesan
Mampu menganalisi kesempatan
Menganalisi setiap opsi untuk menjamin keberhasilan dan menguragi resiko
Pemikir yang kreatif
Selalu mencari cara yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu
Percaya diri
Menyadari arti kehidupan pribadi lebih penting dari kehidupan bisnis
Mampu memecahkan persoalan
Selalu memilih alternative terbaik untuk memecahkan persoalan yang timbul
Pemikir yang objektif
Tidak takut mengaku jika melakukan kesalahan
  
Selanjutnya Arthur kuriloff dan john M. mampil (1993: 20) mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai danperilaku kewirausahaan sebagai berikut :
1.      Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya hingga memperoleh hasil yang di harapkannya, ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya, karena itu ia selalu tekun, ulet dan pantang menyerah. Tindakannya tidak di dasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Oleh sebab itu , wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang di ambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
2.      Keberanian menghadapi resiko yang di dukung oleh komitmen yang kuat mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang hingga memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan objektif serta merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimism yang tinggi karena mendapatkan hasil yang di harapkannya, maka uang selalu di kelolah secara proaktif dan di pandang sebagai sumberdaya, bukan tujuan akhir.

2.3 Faktor Penyebab Kegagalan kewirausahaan
Pada kenyataanya, wirausahawan yang menamui kegagalan jauh lebih banyak dari pada mereka yang berhasil. Ada beberapa alasan penyebab kegagalan yang perlu diperhatikan. Faktor penyabab kegagalan wirausahawan dalam bukunya (kewirausahawan, Prof.Dr.Mas’ud Machfoedz.2002).

Pengalaman menejemen
Mereka kurang mengetahui pemahaman umum tentang pokok-pokok disiplin manajemen
Perencanaan keuangan
Mereka beranggapan bahwa modal bukan faktor penting yang diperlukan untuk usaha mereka
Lokasi
Mereka kuranf tepat dalam memilih lokasi untuk memulai usaha
Pengendalian usaha
Mereka tidak dapat mengendalikan aspek utama bisnis
Boros
Mereka terlalu boros pada saat mereka membuka usaha dengan pengeluaran dana yang seharusnya dapat ditangguhkan
Manajemen piutang
Mereka menggunakan aliran kas dengan cara yang tidak tepat karena kurangnya perhatian terhadap piutang.
Pengembangan yang berlebihan
Mereka menjalankan program pengembangan usaha tanpa persiapan yang matang
Zimmerer (1996) mengemukan beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya yaitu :
1.      Tidak kompeten dalam manejerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat usahanya kurang berhasil.
2.      Kurang berpengalaman. Baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan mengorganisasikan, keterampilan mengelola sumberdaya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi usaha.
3.      Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar usaha berhasil dengan baik faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional usaha dan mengakibatkan usaha tidak lancar.
4.      Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan,sekali gagal dalam melakukan perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5.      Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan usaha sukar beroperasi karena kurang efisien.
6.      Kurangnya pengawasan. Pengawasan erat hubungannya dengan efisiensi dan efektifitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan tidak efisien dan tidak efektif.
7.      Sikap kurang sungguh-sungguh dalam melaksanakan wirausaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
8.      Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahan. Wirausaha yang kurang siap dalam menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap saat.
      
2.4 Peran Psikologi dalam Kewirausahaan
Shane (2003) mengelompokkan karakter psikologis yang mempengaruhi mengapa seseorang lebih memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain dalam 4 aspek yaitu:
1. kepribadian
2. motivasi
3. evaluasi diri
4. sifat-sifat kognitif

1. Kepribadian dan motivasi
Kepribadian dan motivasi berpengaruh terhadap tindakan seseorang dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan tindakan memanfaatkan peluang. Bahkan ketika sekumpulan orang dihadapkan pada peluang yang sama, mempunyai ketrampilan yang hamper sama, dan informasi yang sama; maka orang dengan motivasi tertentu akan memanfaatkan peluang, sementara yang lain tidak. Ada 3  aspek kepribadian dan motif yang berpengaruh dalam memanfaatkan peluang.
a.    Ekstraversi
Ektraversi terkait dengan sikap sosial, asertif, aktif, ambisi, inisiatif, dan ekshibisionis. Sikap ini akan membantu entrepreneur untuk mengeksploitasi peluang terutama dalam memperkenalkan ide ataupun kreasi mereka yang bernilai kepada calon pelanggan, karyawan, dan sebagainya. Sikap ini membantu entrepreneur untuk mengombinasikan dan mengorganisasikan sumber daya dalam kondisi yang tidak menentu.
b.    Agreebleeness (Kesepahaman)
Sikap ini terkait dengan keramahan, konformitas sosial, keinginan untuk mempercayai, kerjasama, keinginan untuk memaafkan, toleransi, dan fleksibilitas dengan orang lain. Hal ini akan membantu entrepreneur dalam membangun jaringan kerjasama untuk kematangan bisnisnya terutama aspek dari keinginan untuk mempercayai orang lain.
c.    Pengambilan Resiko
Sikap ini berkaitan dengan kemauan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan beresiko. Beberapa resiko yang mungkin dihadapi oleh entrepreneur antara lain pemasaran, finansial, psikologis dan sosial. Seseorang yang memiliki perilaku pengambilan resiko yang tinggi akan lebih mudah dalam mengambil keputusan dalam keadaan yang tidak menentu dan mengorganisasikan sumber daya yang dimilikinya terutama dalam memperkenalkan produknya ke pembeli.


2. Motivasi
Hal yang tak kalah penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan adalah motivasi. Sebagian besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri. Dalam paparan berikut ini akan dibahas mengenai 2 macam kebutuhan yang melandasi motivasi seorang entrepreneur.
a.    Kebutuhan Berprestasi
Merupakan motivasi yang akan memicu seseorang untuk terlibat dengan penuh rasa tanggung jawab, membutuhkan usaha dan keterampilan individu, terlibat dalam resiko sedang, dan memberikan masukan yang jelas. Kebutuhan berprestasi yang tinggi dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru terhadap masalah khusus. Selanjutnya, kebutuhan berprestasi juga dicirikan dengan adanya penentuan tujuan, perencanaan, dan pengumpulan informasi serta kemauan untuk belajar. Ciri selanjutnya dari adanya kebutuhan berprestasi adalah kemampuannya dalam membawa ide ke implementasinya di masyarakat. Dengan demikian, kebutuhan berprestasi yang tinggi akan membantu seorang entrepreneur dalam menjalankan usahanya untuk memecahkan masalah sesuai dengan penyebabnya, membantu dalam menentukan tujuan, perencanaan, dan aktivitas pengumpulan informasi. Selain itu, kebutuhan informasi akan membantu entrepreneur untuk bangkit dengan segera ketika menghadapi tantangan.
b.    Keinginan untuk independent (Need for independence)
Faktor ini menjadi penentu kekhasan dari seorang entrepreneur. Selain keinginan yang tidak ingin ditentukan oleh orang lain, keinginan untuk independen akan memicu seorang entrepreneur menghasilkan produk yang berbeda dengan orang lain. Ia akan lebih berani dalam membuat keputusan sendiri dalam mengeksploitasi peluang berwirausaha.
Motivasi seseorang juga akan meningkat seiring dengan adanya role model dalam membangun usahanya. Seorang entrepreneur akan berupaya mewarnai bisnisnya karena terinspirasi dengan entrepreneur yang telah sukses sebelumnya. Biasanya hal ini akan terlihat ketika seorang entrepreneur mulai memperkenalkan usahanya ke publik. Role model berperan sebagai katalis dan mentor dalam menjalankan usahanya. Selain itu, jaringan dukungan sosial dari orang-orang di sekitar entrepreneur akan berperan terutama ketika usaha tersebut menghadapi kesulitan ataupun ketika berada dalam keadaan stagnan dalam prosesnya. Keberadaan jaringan ini dikategorikan menjadi:
a.    Jaringan dukungan moral. Jaringan ini bisa berawal dari dukungan pasangan,
     teman-teman, dan saudara.
b.   Jaringan dukungan dari professional. Jaringan ini akan membantu seorang
entrepreneur dalam mendapatkan nasihat dan konseling mengenai perkembangan usahanya. Jaringan ini bisa berawal dari mentor, asosiasi bisnis, asosiasi perdagangan, dan hubungan yang bersifat personal.
3. Evaluasi Diri
a. Locus of control
Locus of control didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang bahwa ia mampu mengendalikan lingkungan di sekitarnya. Seorang entrepreneur yang memiliki internal locus of control lebih mampu dalam memanfaatkan peluang kewirausahaan. Mereka memiliki kepercayaan dapat memanfaatkan peluang, sumber daya, mengorganisasikan perusahaan, dan membangun strategi. Hal ini dikarenakan esuksesan dalam menjalankan aktivitas entrepreneur tergantung pada keinginan seseorang untuk percaya pada kekuatannya sendiri.
c.       Self Efficacy
Self-efficacy adalah kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam menjalankan tugas tertentu. Entrepreneursering membuat penilaian sendiri pada keadaan yang tidak menentu, oleh karena itu mereka harus memiliki kepercayaan diri dalam membuat pernyataan, keputusan mengenai pengelolaan sumber daya yang mereka miliki.


4.Karakteristik Kognitif
Karakteristik kognitif merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dan membuat keputusan. Dalam mengembangkan peluang kewirausahaan, seorang entrepreneurharus membuat keputusan positif mengenai sesuatu yang mereka belum pahami, dalam ketidakpastian, dan informasi yang terbatas. Dalam membuat keputusan positif tersebut dibutuhkan karakteristik kognitif yang membantu entrepreneur untuk memetakan cara bagaimana memanfaatkan peluang wirausaha. Karakteristik tersebut antara lain:
a.       Overconfidence
Overconfidence merupakan kepercayaan pada pernyataan diri yang melebihi keakuratan dari data yang diberikan. Sikap percaya yang berlebihan ini sangat membantu entrepreneur terutama dalam membuat keputusan pada situasi yang belum pasti dan informasi yang terbatas. Dia akan melangkah lebih pasti dalam menjalankan keputusannya meskipun kesuksesan yang diinginkan belum pasti. Hal ini sebenarnya bisa dari rasa optimisme. Overconfidence mendorong orang mampu memanfaatkan peluang usaha (Busenitz dalam Shane, 2003).
Beberapa riset yang mendukung teori bahwa overconfidence mendorong memanfaatkan peluang usaha berikut ini. Shane (2003) mempresentasikan beberapa penelitian yang mendukung kenyataan ini. Gartner dan Thomas pada tahun 1989 melakukan survei terhadap 63 pendiri perusahaan software computer. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka cenderung overconfidence dan perkiraan rata-rata penjualan 29% di atas penjualan tahun sebelumnya. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Cooper dkk tahun 1988 menunjukkan bahwa 33,3% dari yang mereka percaya bahwa mereka akan sukses dan dua pertiga dari yang mereka survey merasa yakin akan kesuksesan yang akan diraihnya.
Entrepreneur cenderung lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Hasil penelitian Busenizt dan Barney tahun 1997 dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dan 74 manajer dalam sebuah organisasi besar. Hasilnya menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Amir dkk tahun 2001, yang dilakukan dengan cara wawancara pada 51 pendiri perusahaan dan 28 manajer senior (bukan pendiri) di Kanada. Pendiri perusahaan memperkirakan mereka mempunyai peluang sukses lebih besar dibandingkan dengan perkiraan manajer senior.
b.      Representatif
Representatif merupakan keinginan untuk mengeneralisasi dari sebuah contoh kecil yang tidak mewakili sebuah populasi. Bias dalam representatif akan mendorong seorang entrepreneur dalam membuat keputusan. Ia menjadi lebih mudah dalam membuat keputusan terutama dalam keadan yang tidak menentu.
Penelitian mengenai hal ini dilakukan oleh Busenitz dan Barney di tahun 1997. dengan cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dengan 74 manajer. Hasilnya menunjukkan bahwa para pendiri perusahaan memiliki sekor representative yang lebih tinggi dibandingkan dengan manajer. Hal ini menunjukkan bahwa gaya pemecahan masalah antara entrepreneur dan manajer berbeda.
c.       Intuisi
Sebagian besar entrepreneur menggunakan intuisi daripada menganalisis informasi dalam membuat keputusan. Kegunaan intuisi untuk memfasilitasi pembuatan keputusan mengenai ketersediaan sumber daya, mengorganisasi dan membangun strategi baru. dengan memfasilitasi pembuatan keputusan maka argumen akan muncul, dan intuisi selanjutnya akan meningkatkan performa dalam kegiatan entrepreneur.
Beberapa riset mendukung fakta di atas. Shane (2003) melaporkan beberapa hasil penelitian berikut ini. Hasil penelitian Allison dkk membandingkan 156 pendiri perusahaan dan perusahaan yang masuk daftar dalam British Publication Local Heroes sebagai perusahaan yang berkembang dengan 546 manajer. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendiri perusahaan lebih intuitif dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan manajer.



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Wirausaha
a.       Lingkungan keluarga dan masa kecil
Beberapa penelitian yang berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan semangat berwirausaha. Penelitian bertopik urutan kelahiran menemukan bahwa anak dengan urutan kelahiran pertama lebih memilih untuk berwirausaha. Namun, penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut. Selanjutnya pengaruh pekerjaan orang tua terhadap pertumbuhan semangat kewirausahaan ternyata memiliki pengaruh yang signifikan.
b.      Pendidikan
Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan penting dalam penumbuhan semangat kewirausahaan. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan usahanya namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya.
c.       Nilai-nilai Personal
Faktor selanjutnya adalah nilai-nilai personal yang akan mewarnai usaha yang dikembangkan seorang wirausaha. Nilai personal akan membedakan ia dengan pengusaha lain terutama dalam menjalin hubungan dengan pelanggan, suplier, dan pihak-pihak lain, serta cara dalam mengatur organisasinya.
d.      Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja tidak sekedar menjadi salah satu hal yang menyebabkan seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur. Pengalaman ketidakpuasan dalam bekerja juga turut menjadi salah satu pendorong dalam mengembangkan usaha baru.







BAB III
KESIMPULAN

1.      Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan, dan terkadang mengubah prilaku manusia dan makhluk lain. Para psikolog memfokuskan diri mempelajari dan berupayah memahami prilaku individual.
2.      kewirausahaan adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial, dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya.
3.      Faktor pembawa keberhasilan kewirausahaan adalah dengan wirausahawan yang memiliki karakter: pengendalian diri, tidak suka berpangku tangan, motivasu, mampu menganalisa kesempatan, pemikir yang kreatif, percaya diri, dan pemikir yang objektif.
4.      Faktor penyebab kegagalan kewirausahaan diantaranya adalah: kurangnya pengalaman manajemen, kurang mampu membuat perencanaan keuangan, kurang mampu menganalisa lokasi, bersifat boros, dan kurang bersedia untuk berkorban.
5.      Shane (2003) mengelompokkan karakter psikologis yang mempengaruhi mengapa seseorang lebih memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain dalam 4 aspek yaitu:
1. kepribadian
2. motivasi
3. evaluasi diri
4. sifat-sifat kognitif

0 komentar:

Posting Komentar

KUMPULAN BAHASAN

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | ewa network review